Friday, May 22, 2015

Ini Prosedur Booking Artis : 20 juta - 200 juta

Ini Prosedur Booking Artis : 20 juta - 200 juta 


Ini Prosedur Booking Artis 

Ini Prosedur Booking Artis 

Ini Prosedur Booking Artis

Ini Prosedur Booking Artis  


Ini Nama-nama Artis dan Tarif 'Booking' Binaan Mucikari RA.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penangkapan artis dan model berinisial AA yang tengah menjalani pelayanan seks di sebuah hotel berbintang 5 di Jakarta pada awal pekan Mei lalu bikin heboh.

Penangkapan itu juga mengungkap jaringan seks kelas wahid yang menyuguhkan model dan artis. Kebanyakan artis dan model itu baru mulai terkenal. Sempat mencuat pula bahwa AA yang disebut Polres Jakarta Selatan usai menggerebek adalah artis dan model baru bernama Amel Alvi.

Namun tudingan itu buru-buru dibantah Amel Alvi melalui akun twitter dan instagram pribadinya.

Mucikarinya, RA alias Obbie, punya cara khusus dalam menjalani bisnisnya sehingga sempat sulit ditembus.

Berikut daftar artis dan model yang masuk dalam jaringan PSK eksekutif bertarif puluhan sampai ratusan juta rupiah dari penelusuran dari berbagai sumber:

1. TB bertarif Rp 200 juta
2. JD bertarif Rp 150 juta
3. RF bertarif Rp 60 juta
4. CS bertarif Rp 60 juta
5. MT bertarif Rp 55 juta
6. KA bertarif Rp 55 juta
7. SB bertarif Rp 55 juta
8. CW bertarif Rp 50 juta
9. PUA bertarif Rp 45 juta
10. NM bertarif Rp 40 juta
11. CT bertarif Rp 40 juta
12. UJ bertarif Rp 35 juta
13. LM bertarif Rp 35 juta
14. DL bertarif Rp 30 juta
15. BS bertarif Rp 30 juta
16. AA bertarif Rp 25 juta
17. FNP bertarif Rp 20 juta

Ini Prosedur Booking Artis

1. Pesan Lewat BBM atau WhatsApp
2. Mucikari meminta uang tanda jadi 30 persen dari tarif booking artis
3. Mucikari menentukan hotel lalu buat janji hari dan waktu pertemuan di hotel
4. Pelunasan dilakukan saat artis sudah dipertemukan pelanggan.
5. Harga yang disepakati hanya untuk pelayanan singkat (short time) maksimal 3 jam
6. Selama melayani pelanggan artis tidak mengenakan kondom

source: https://allandaveblog.blogspot.com/

Tuesday, May 5, 2015

Alasan Para Model Cantik Dunia Kecanduan Olahraga Tinju

Victoria's Secret Adriana Lima yang menonton dengan pelatih tinjunya Dino Spencer

Alasan Para Model Cantik Dunia Kecanduan Olahraga Tinju

Adriana Lima, salah satu model Victoria's Secret yang sangat menggemari olahraga tinju
Adriana Lima, salah satu model Victoria's Secret yang sangat menggemari olahraga tinju


Jakarta, CNN Indonesia -- Para ahli kesehatan sepakat, bertinju memiliki manfaat bagi tubuh dan pikiran. Mengapa seseorang mengenakan sarung tangan Everlast dan melemparkan pukulan ke samsak?

Tinju, di luar stereotipe yang mengikutinya, bukan cuma permainan kaum lelaki. Karena Minggu lalu dunia diramaikan oleh pertarungan tinju di Las Vegas, antara Floyd Mayweather dan Manny Pacquiao, banyak perempuan penggemar olahraga tinju juga turut menyaksikan.

Beberapa bahkan menyaksikan secara langsung, seperti halnya model Victoria's Secret Adriana Lima yang menonton dengan pelatih tinjunya Dino Spencer. Lima, sudah jatuh cinta dengan tinju sejak tiga belas tahun lalu, setelah dia mencoba banyak olahraga lain, seperti dilansir laman Time.

“Olahraga ini sangat menguatkan karena Anda belajar betapa bertenaga dan kuat Anda,” kata Lima.

Ini adalah olahraga terbaik yang pernah ada karena seseorang bisa benar-benar robek tetapi tidak terlalu besar.”

Model-model dunia, Karlie Kloss, Gigi Hadid, Chanel Iman, dan Joan Smalls, semua ikut melepaskan pukulan tinju dengan para pelatih mereka. Gisele Bundchen yang tampil dalam video kampanye Under Armour bertajuk I Will What I Want menunjukkan wajah garangnya saat mengempaskan pukulan ke karung tinju.

Jordan Metzl, dokter olahraga di Rumah Sakit New York berkata, satu kali kelas tinju bisa membakar sekitar seribu kalori.

“Tinju membangun kekuatan penuh tubuh yang sangat membantu, baik laki-laki maupun perempuan, terutama perempuan yang ingin melakukan olahraga berbeda,” katanya. Misalnya, risiko perempuan mengalami robeknya ligamen ACL adalah enam kali lebih besar dari laki-laki melakukan olahraga yang sama. Ini disebabkan karena sudut antara pinggul dan lutut yang lebih lebar pada perempuan.

Tinju dapat membantu penyeimbang (counter balance) dengan cara membangun kekuatan yang melindungi lutut. Manfaat lainnya adalah membangun massa tulang, karena perempuan memiliki risiko osteoporosis lebih besar dan masalah kepadatan tulang daripada laki-laki.

Olahraga dengan debaran berulang dapat membangun massa tulang, kata Metzl. Jonathan Fader, psikolog olahraga, yang bekerja dengan atlet profesional, mengatakan, “Ini sangat membantu perempuan, olahraga ini mengatasi kesulitan apapun yang mereka hadapi,” katanya.

Bahkan di saat kalah pun tetap ada manfaat. “Anda memiliki ketahanan untuk mengatasi kekalahan. Karena, banyak hal dari apapun yang kita kejar dalam kehidupan adalah tentang bagaimana kita kembali.”

Perempuan juga bisa mendapatkan beberapa manfaat dari olahraga bertinju. Daniel Glazer, pendiri pusat kebugaran tinju Shadobox di New York mengatakan, dirinya menyadari perempuan jauh lebih setia dan berdedikasi untuk kebugaran sebagai bagian kehidupan sehari-hari mereka.

“Perempuan memiliki begitu banyak gairah dari cara mereka berlatih, dan tinju adalah olahraga yang sangat bergairah,” katanya. Lagipula, olahraga ini juga menyenangkan. “Sangat menyenangkan untuk merasakan kekuatan Anda sendiri,” kata pelatih para selebriti Lacey Stone.

“Saya sudah punya dua anak, dan usia saya hampir 34 tahun. Saya percaya berkat tinju, saya masih seorang model,” kata Lima. Dia bercerita ibu dari pelatihnya, berusia 70 tahun, yang pergi ke pusat kebugaran tinju melakukan latihan yang sama dengan Lima. “Tinju, olahraga ini sempurna,” ucapnya


Monday, May 4, 2015

Proton Jadi Mobnas? Hendropriyono: Ini Urusan Perusahaan Tak Terkait Negara

Proton Jadi Mobnas? Hendropriyono: Ini Urusan Perusahaan Tak Terkait Negara

Proton Jadi Mobnas? Hendropriyono: Ini Urusan Perusahaan Tak Terkait Negara

Jakarta - Setelah lama tak terdengar lagi soal kabar pengembangan mobil nasional (mobnas) yang melibatkan Proton, kini Hendropriyono selaku pemilik PT Adiperkasa Citra Lestari, angkat bicara. Ia menegaskan proyek kerjasama pengembangan industri otomotif dengan Proton masih tahap studi kelayakan dan tak ada kaitannya dengan negara.

"Itu nanti urusan perusahaan, enggak ada kaitannya sama publik dan negara, ini milik saya sendiri," kata A.M. Hendropriyono saat Konferensi Internasional tentang Terorisme dan ISIS yang diselenggarakan oleh Hendropriyono Strategic Consulting di Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (23/3/2015).

Hendropriyono menegaskan soal alasannya mau mengembangkan industri otomotif di dalam negeri agar pasar dalam negeri tak terus 'dijajah'. Ia berharap produksi mobilnya ini bisa segera terealisasi.

"Saya tahu karena musuh kita asing, kita mau merebut ini, kalau saya banyak komentar nanti dipotong sama mereka," katanya.

Wacana mobnas sempat jadi buah bibir pasca MoU antara Proton Holdings BHD dengan PT Adiperkasa Citra Lestari milik Hendropriyono. Peristiwa MoU itu dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak, Pemimpin Proton Tun Dr Mahathir Mohamad.

Kerjasama tersebut ditandatangani oleh Chief Executive Officer Proton Holdings Bhd Datuk Abdul Harith Abdullah dan CEO Adiperkasa Citra Lestari AM Hendropriyono di Proton Centre of Exellence, Jumat, 6 Februari 2015.


Sumber: detik.com (23 Maret 2015)

Sunday, May 3, 2015

Setelah Proton, Hendropriyono Dekati Esemka Garap Mobnas




PT Adiperkasa Citra Lestari
PT Adiperkasa Citra Lestari


Jakarta - Perusahaan pimpinan AM Hendropriyono, PT Adiperkasa Citra Lestari dikabarkan tengah meminang Esemka. PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) mengakui saat ini tengah melakukan pembicaraan serius dengan perusahaan Hendropriyono dan perusahaan lainnya baik dari dalam dan luar negeri untuk menggarap proyek mobil nasional. Sebelumnya, PT Adiperkasa yang didirikan oleh mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono diketahui telah meneken nota kesepahaman kerjasama dengan Proton Holdings Bhd.

“Iya kami memang tengah melakukan pembicaraan dengan beberapa perusahaan baik dari dalam maupun luar negeri. Jumlahnya banyak, salah satunya perusahaan itu (PT Adiperkasa),” tutur Humas PT SMK Dwi Budhi Martono, saat dihubungi detikOto, Selasa (21/4/2015).

Budi mengaku tak hafal jumlah dan nama perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kerjasama ini. Namun, salah satunya adalah BAIC Automotive Group dari Tiongkok.

“Jumlahnya banyak, saya enggak hafal. Dan saat ini pembicaraan masih terus terjadi,” ucapnya.

Kerja sama dengan beberapa perusahaan tersebut sifatnya bermacam-macam. Mulai dari bantuan teknis pembuatan suku cadang, pemasaran, hingga layanan purna jual.

“Soal nama perusahaan baru yang merupakan hasil kerjasama itu, sampai saat ini juga belum ditetapkan. Semuanya masih dalam tahap pembicaraan,” kata dia.

Menurutnya, semua yang terlibat dalam kerjasama ini berharap proses pembicaraan ini telah rampung pada tahun ini. “Ya secepatnya, kita harapkan sudah selesai. Kalau bisa tahun ini,” ujar pria yang akrab disapa Toto itu.

Sementara, menyinggung nota kesepahaman yang telah diteken PT Adiperkasa Citra Lestari dengan Proton Bhd beberapa waktu lalu, Toto mengaku tidak mengetahui persis apakah juga masuk ke dalam konsorsium proyek ini.

Dia menyebut sejauh yang dia ketahui, kerja sama antara PT Adiperkasa Citra Lestari dengan Proton Holdings Berhard Malaysia baru sebatas melakukan riset dan pengembangan. Lebih dari itu, kerja sama itu dievaluasi setiap enam bulan sejak disepakati.

Sedangkan, lanjut dia, pihaknya sudah memproduksi mobil secara massal. Jenis atau varian mobil yang dibuat pun beragam tergantung pemesanan. “Yang sudah berjalan produksinya itu sekitar 150 unit,” imbuhnya.

Sumber: detikOto (21 April 2015)

Esemka: Gandeng Adiperkasa Bukan Karena Jokowi



Esemka: Gandeng Adiperkasa Bukan Karena Jokowi
Oh sama sekali bukan (karena faktor Jokowi). Kerja sama ini terbuka, dan Esemka terbuka kepada siapa saja. Dan kerja sama mewujudkan mobil nasional itu memerlukan banyak mitra


Jakarta - Esemka dikabarkan berkolaborasi dengan perusahaan milik AM Hendropriyono PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) dan sejumlah perusahaan dari dalam dan luar negeri untuk menggarap mobil nasional. Meski begitu kerja sama dengan ACL bukan berarti karena ada dorongan dari Presiden Joko Widodo.

"Oh sama sekali bukan (karena faktor Jokowi). Kerja sama ini terbuka, dan Esemka terbuka kepada siapa saja. Dan kerja sama mewujudkan mobil nasional itu memerlukan banyak mitra," tutur Humas PT Solo Manufaktur Kreasi Dwi Budhi Martono, saat dihubungi detikOto, Selasa (21/4/2015).
Pria yang akrab disapa Toto itu mengakui, pihaknya memang melakukan kerja sama dengan PT Adiperkasa Citra Lestari untuk membentuk perusahaan baru yang akan mengerjakan mobil nasional. Selain dengan perusahaan yang salah satu pendirinya AM Hendropriyono, itu Esemka juga menjalin kerjasama dengan pabrikan lain baik dari dalam maupun luar negeri.

Sementara, pada 6 Febuari lalu, PT Adiperkasa Citra Lestari telah menekan nota kesepahaman (MoU) dengan pabrikan mobil nasional, Proton Holdings Bhd, Malaysia. Kerjasama itu dalam riset dan pengembangan. Kerjasama tersebut juga akan dievaluasi dalam enam bulan.

Penandatanganan MoU itu dilakukan Hendropriyono dan petinggi Proton, serta disaksikan Presiden Jokowi. Namun dalam beberapa bulan, tiba-tiba saja, ACL menggandeng Esemka.

"Saya enggak tahu persis kerja sama itu, karena memang Esemka tidak terlibat di situ. Dan itu beda dengan kerja sama kami saat ini (dengan Adiperkasa dan perusahaan lain). Kabarnya sih untuk riset dan pengembangan dan dievaluasi enam bulan," paparnya.

Sedangkan soal latar belakang perusahaan yang didirikan Hendropriyono yang bukan pabrikan otomotif, Toto menyebut tidak mempermasalahkan. "Karena dalam kerjasama ini yang kami butuhkan bukan hanya perusahaan di bidang otomotif saja, karena selain teknis juga ada pemasaran dan layanan purna jual," ucapnya.

Toto menyebut, pihaknya selama ini telah melakukan produksi massal mobil berbagai jenis atau varian. Bahkan saat ini tak kurang dari 150 unit jenis atau varian yang tengah dikerjakan.

Sumber: detikOto (21 April 2015)

"Mobil Kita Bukan Mobnas, Tapi Mobil Made in RI"

"Mobil Kita Bukan Mobnas, Tapi Mobil Made in RI"

"Mobil Kita Bukan Mobnas, Tapi Mobil Made in RI"
"Mobil Kita Bukan Mobnas, Tapi Mobil Made in RI"


Jakarta - Meski tak menjawab secara tegas, pendiri PT Adiperkasa Citra Lestari, Hendropriyono secara tersirat tak menampik kabar pihaknya telah menggandeng PT Esemka untuk menggarap mobil nasional. Namun, mantan Kepala Badan Intelejen Negara itu menolak mobil itu disebut sebagai mobil nasional, tetapi mobil yang dibuat di Indonesia.


"Sudah beberapa kali dibilang, itu bukan Mobnas (mobil nasional). Itu salah paham saja. Dikira kita seperti Proton (mobnas) bagi Malaysia. Mobil yang akan kita bangun adalah made in Indonesia, titik," tutur AM Hendropriyono dalam pesan singkatnya.

Sebelumnya, di lain kesempatan, Humas PT Solo Manufaktur Kreasi Dwi Budhi Martono mengakui pihaknya tengah melakukan pembicaraan intensif dalam bekerjasama dengan PT Adiperkasa yang didirikan Hendro. Namun, selain dengan perusahaan itu, ada sejumlah perusahaan yang dilibatkan.

Alasannya, dalam proyek penggarapan mobil nasional dibutuhkan banyak mitra dan tidak hanya dalam hal teknis pembuatan komponen dan perakitan mobil.

"Karena dalam proyek ini kita membutuhkan banyak mitra, dan tidak hanya untuk teknis produksi saja, tetapi juga pemasaran, after sales service dan lain-lain. Jumlahnya banyak, saya enggak hafal. Itu dari dalam dan luar negeri," paparnya.

Sebelumnya, PT Adiperkasa Citra Lestari telah menandatangani nota kersepahaman (MoU) dengan Proton Holdings Bhd, Malaysia yang diwakili Chief Executive Officer Proton Holdings Bhd Datuk Abdul Harith Abdullah pada 6 Februari lalu. Penandatangan MoU itu juga disaksikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Negeri Jiran itu, Datuk Seri Najib Tun Razak. Kerja sama itu, disebutkan akan dievaluasi setelah enam bulan. (dto)

Sumber: medanbisnisdaily.com

Esemka Ajukan Syarat PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK)


Esemka Ajukan Syarat PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK)
Esemka Ajukan Syarat PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK)

Jakarta - PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) sebagai produsen mobil Esemka menyatakan pernah melakukan pertemuan dengan AM Hendropriyono, selaku pemilik perusahaan otomotif PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL). Sebelumnya diketahui, PT ACL telah menjalin kerja sama dengan Proton Holdings Bhd.

Direktur Marketing dan Komunikasi Publik PT SMK, Sabar Budi, Kamis 23 April 2015, mengatakan pertemuan antara direksi Esemka dengan Hendropriyono dilakukan sekitar bulan lalu. Pertemuan tersebut, secara garis besar membahas soal mobil Esemka dan mobil nasional.

"Ya, pertemuan itu memang membahas untuk mengembangkan bersama mobil Esemka. Tentunya, kami memiliki bargaining jika kerja sama terjalin, nama merek tetap Esemka," kata dia.

Lebih lanjut, Sabar mengungkapkan bahwa dalam kerja sama tersebut, pihaknya juga mengajukan syarat bahwa format kerja sama itu tidak bisa melakukan akuisisi Esemka. Format kerja sama tersebut, harus bisa disepakati secara bersama.

"Kami tidak ingin adanya akuisisi Esemka, serta penggantian nama merek Esemka. Kerja sama dengan Esemka harus sesuai dengan visi dan misi Esemka," tegasnya.

Sumber: Viva.co.id (23 April 2015)

Ketika Keluarga Astra Berebut Menara Telkom (Mitratel) April 2015

 

1430384458771033884
Sumber: Pertemuan Tertutup Maruarar Sirait dan JK di Istana Negara (sumber : dokumen pribadi)

 

Ketika Keluarga Astra Berebut Menara Telkom (Mitratel)

Ketika Presiden Jokowi tegas mengatakan eksekusi mati napi narkoba jangan diintervensi, itu sudah betul. Tapi ketika Presiden Jokowi seolah menjadikan realisasi eksekusi mati sebagai bukti kedaulatan negara, jelas itu adalah pencitraan. Agar semua sadar, kedaulatan negara RI bukan hanya didasarkan pada eksekusi mati terpidana nan bebas intervensi asing.
Sudahkah RI berdaulat atas emas Freeport?
Itu pertanyaan yang akan kita jawab di waktu yang lain.
Hari ini kita akan membahas soal sengketa panas tukar guling saham Mitratel. Pemerhati politik, ekonomi dan telekomunikasi, mestinya sudah akrab mendengar tukar guling atau swap Mitratel. Tapi saya yakin, sedikit yang menyadari bahwa perebutan saham Mitratel ini adalah bentuk lain kompetisi keluarga eks Astra International.
Mereka yang sudah dewasa, baligh atau setidaknya sudah memahami bacaan di koran-koran tahun 1990-an, pasti mengenal soal kisruh Astra dan Bank Summa. Generasi sekarang mungkin sudah melupakan kisruh Astra dan Bank Summa.
Astra International sudah menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia pada tahun 1990-an. Di era Orde Baru, peran swasta tidak bisa lepas sepenuhnya dari campur tangan pemerintah dan politik. Swasta yang tidak dekat dengan pusat politik, tidak bisa besar di era itu. Itulah kenapa lalu banyak orang mengeluarkan istilah kroni Cendana, meski sebenarnya tidak sesederhana itu. Tapi memang, grup Salim, grup Lippo, grup Djarum, grup Astra dan sebagainya, tak akan bisa menjadi raksasa tanpa ‘bantuan’ Cendana.
Seperti Telkom di masa kini, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia abad 21 ini juga tidak pernah lepas dari campur tangan politik. Kalau campur tangan pemerintah jelas ada, karena Telkom adalah BUMN.
Kembali ke Astra. Kebesaran Astra menjadikan siapa saja jebolan Astra menjadi aset Premium. Sebut saja, Wakil Presiden kita Jusuf Kalla. Keluarga Kalla mengawali bisnisnya dari memegang lisensi tunggal penjualan Toyota di Indonesia Timur. Anda bisa tanya sama bos dan mantan bos Astra di masa kini. Kalau anda tinggal di Indonesia Timur dan ingin buka showroom mobil via Astra, mustahil tanpa izin ke keluarga Kalla, hingga saat ini. Direktur Utama Astra International pun tak bisa intervensi. Semua bos Astra hanya akan bilang : Sowan dulu ke pak JK, kalau ia approve, maka kita approve. Bermula dari Astra, kini pak JK memegang kunci kelangsungan Indonesia saat ini.
Bohong kalau ada yang bilang pak JK bukan tokoh kunci arah Indonesia Timur. Asal tahu saja, AS masih takut memerdekakan Papua karena pak JK masih hidup. Sejak jaman dahulu, Papua adalah bagian dari wilayah kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan. Secara adat, masyarakat Papua masih ingin berada di bawah Indonesia karena pak JK, sang Raja Indonesia Timur, masih hidup dan bergabung dengan Indonesia. Cerita akan lain jika suatu saat Pak JK wafat, Papua merdeka tinggal tunggu waktu diprovokasi.
Itu bicara Pak JK, salah satu jebolan premium dari Astra. Lalu ada Edward Soeryajaya, anak tertua pendiri Astra, William Soeryajaya. Edward Soeryajaya, seharusnya menjadi pewaris tahta Astra International. Tapi sayangnya, di puncak kejayaan Astra, Edward melakukan kesalahan fatal, setidaknya begitu kata orang-orang.
Edward Soeryajaya mendirikan Summa Financial di Hong Kong, yang kemudian mendirikan Bank Summa di Indonesia. Kalau pernah dengar Bank Indover di Belanda, itu hasil kerjasama Bank Indonesia dengan Bank Summa. Nah, banyak orang bilang Edward Soeryajaya melakukan banyak sekali aksi keuangan risiko tinggi melibatkan aset Astra dan pinjaman Bank Summa. Dampaknya, ketika terjadi gempa keuangan di Summa dan Astra, semua meleleh bersama.
Para bos Astra pun pecah kongsi akibat ‘kehancuran’ yang diakibatkan aksi keuangan risiko tinggi Edward Soeryajaya. William Soeryajaya, sang ayah masih berusaha membela Edward. Jusuf Kalla juga berada di sisi Edward. Rini Soemarno, Direktur Keuangan Astra yang menjadi orang kepercayaan William Soeryajaya, juga membela Edward Soeryajaya. Bahkan jelang akhir kehancuran total Astra, Edward Soeryajaya mengangkat Rini Soemarno menjadi Direktur Keuangan Astra International.
Di kubu lawannya, ada Edwin Soeryajaya yang merupakan adik Edward Soeryajaya. Edwin menuding, semua kisruh Astra adalah hasil aksi keuangan risiko tinggi yang dilakukan Edward Soeryajaya. Edwin mengajukan diri mengambil alih Astra, namun saat itu William masih berada di pihak Edward. Edwin tak sendiri. Di gerbong pendukung Edwin Soeryajaya, ada Teddy Rahmat dan Subianto, dua jebolan premium dari Astra lainnya.
Di akhir cerita, William akhirnya berpihak pada kubu Edwin Soeryajaya bersama Teddy Rahmat dan Subianto. Perubahan dukungan William terjadi karena skema penyelamatan Astra yang ditawarkan Rini Soemarno dan Edward Soeryajaya gagal total. Astra diambil alih sepenuhnya oleh BPPN. JK, sebagai saudagar dan pedagang tulen, berakhir bersikap netral.
Jadi sudah paham kan peta pertarungan Astra International di masa silam. Di kubu Edward Soeryajaya, ada Rini Soemarno dan Jusuf Kalla. Di kubu Edwin Soeryajaya, ada Teddy Rahmat, Subianto dan pada akhirnya, William Soeryajaya.
Lantas, apa hubungannya kisruh Astra di masa silam dengan Telkom dan sengketa Swap Mitratel?
Jawabannya sederhana, pemainnya kurang lebih sama dengan peta kubu yang identik pula.
Telkom, kurang lebih berposisi sama dengan Astra, perusahaan terbesar dengan campur tangan politik tingkat tinggi. Mitratel merupakan anak usaha Telkom yang bertugas mengelola menara-menara telekomunikasi milik Telkom. Menara Telekomunikasi ini bukan BTS lho. BTS itu pemancarnya, sedangkan Menara itu bangunan menaranya. Dalam satu menara bisa berisi beberapa BTS.
Sejak 2012, keluarga eks Astra memang mengincar bisnis menara. Supaya lebih mudah saya jabarkan disini peta kepemilikan menara 3 operator terbesar, sebelum keluarga eks Astra bermain di area ini :
Telkom Group : 18.000 menara
-Mitratel : 4.000 menara
-Telkomsel : 14.000 menara
XL Group : 10.000 menara
Indosat Group : 8.000 menara
Pada tahun 2012, Tower Bersama (TBI) membeli 2.500 menara Indosat senilai US$ 406 juta. Harga 1 menara Indosat dibeli TBI kira-kira US$ 162.400. Dengan kurs Rp 13.000/US$, 1 menara Indosat dibeli TBI seharga Rp 2,1 miliar.
Sisa menara Indosat setelah 2.500 menara dibeli TBI adalah sebanyak 5.500 menara. TBI berpeluang membeli sisa 5.500 menara Indosat.
Pada tahun 2014, Solusi Tunas Pratama (STP) membeli 3.500 menara XL senilai US$ 460 juta. Harga 1 menara XL dibeli STP kira-kira US$ 131.428. Dengan kurs Rp 13.000/US$, 1 menara XL dibeli STP seharga Rp 1,7 miliar.
Sisa menara XL setelah 3.500 menara dibeli STP adalah sebanyak 6.500 menara. STP berpeluang membeli sisa 6.500 menara XL.
Nah, pada tahun 2014, Telkom juga membuka tender penjualan Mitratel yang mengelola 4.000 menara Telkom. Ada 4 pihak yang ikut serta dalam proses penawaran :
-Tower Bersama (TBI) milik Edwin Soeryajaya.
-Solusi Tunas Pratama (STP) miliak Patrick Waluyo, menantu Teddy Rahmat.
-Sarana Menara Nusantara (SMN), milik Djarum dan Salim bekerja sama dengan Edward Soeryajaya.
-Nusantara Infrastructure (NI) milik Jusuf Kalla dan Erwin Aksa.
Belakangan STP mundur dari penawaran Mitratel, karena STP menang tender pembelian 3.500 menara XL pada 1 Oktober 2014. Dan kalau masih ingat, Edwin Soeryajaya bersama Teddy Rahmat dan Subianto juga bersatu mengelola Adaro Indonesia, perusahaan batubara premium di Indonesia. Patrick Waluyo sebagai menantu Teddy Rahmat tidak mungkin berkompetisi dengan TBI soal Mitratel. Makanya STP mundur dari penawaran Mitratel.
Jadi, peta perebutan Mitratel tersisa 3 pemain, yakni TBI (Edwin Soeryajaya), SMN (Djarum, Salim, Edward Soeryajaya) dan NI (JK dan Erwin Aksa).
Nah, hasil akhir dari perebutan menara Mitratel dimenangkan oleh TBI (Edwin Soeryajaya). MoU antara Telkom dan TBI pun digelar pada 10 Oktober 2014.
Kenapa Telkom memenangkan TBI soal Mitratel?
Karena TBI menawarkan tukar guling saham, bukan menawarkan pembelian jual beli putus. SMN (Djarum, Salim, Edward Soeryajaya) dan NI (JK dan Erwin Aksa) menawarkan jual beli putus. Perbedaannya jelas, kalau Mitratel dilepas ke SMN atau NI, maka kepemilikan Mitratel sepenuhnya tidak lagi di tangan Telkom.
Lain cerita dengan mekanisme swap. Jadi, saat ini Mitratel 100% dimiliki oleh Telkom. Nah, setelah swap, Telkom akan memiliki 13,7% saham TBI, sedangkan TBI memiliki 100% saham Mitratel. Artinya, dengan mekanisme swap, Telkom tak hanya masih memiliki Mitratel, tetapi juga memiliki TBI.
TBI saat ini mengelola 11.000 menara, ditambah 4.000 menara Mitratel, total ada 15.000 menara. Jadi dengan kepemilikan Telkom di TBI sebanyak 13,7%, Telkom masih menguasai 2.055 menara.
Keuntungan bagi Telkom apa sih dari swap ini?
Pertanyaan ini juga bagus ditanyakan pada Indosat dan XL yang sudah lebih dulu melepas menaranya.
Sederhananya begini, tadinya perusahaan operator mengelola jaringan telekomunikasi dan infrastruktur menaranya. Artinya, Telkom, Indosat, XL, harus siapkan dana membangun menara, agar bisa memasang BTS (pemancar). Dampaknya, pemerataan pembangunan telekomunikasi jadi lebih lambat, karena operator harus investasi jaringan dan menara.
Lalu muncul solusi, pembangunan menara tidak dilakukan oleh operator, sehingga operator fokus investasi jaringan. Solusi ini dianggap tepat untuk mencapai percepatan pemerataan telekomunikasi di Indonesia. Itulah kenapa berbondong-bondong berdiri perusahaan pengelola menara. Lalu operator juga berbondong-bondong menjual menaranya.
Jadi, sebelum ada solusi pengelolaan terpisah menara telekomunikasi, operator harus menyiapkan dana untuk :
-Pembangunan jaringan.
-Operasional jaringan.
-Pembangunan menara.
-Operasional perawatan dan pengelolaan menara.
Setelah solusi pengelolaan menara secara terpisah muncul, operator jadi lebih hemat karena hanya fokus pada pembangunan jaringan dan operasional jaringan. Kebutuhan dana pembangunan menara dan operasional perawatan menara, diserahkan sepenuhnya oleh perusahaan pengelola menara.
Ilustrasinya, daripada harus membeli mobil operasional kantor sebanyak 100 unit, akan lebih hemat kalau menyewa saja. Itulah yang terjadi pada industri telekomunikasi terkait menara. Jadi yang bertugas membangun menara dan memikirkan biaya operasional dan perawatannya ya perusahaan pengelola menara. Operator hanya memikirkan biaya pembangunan dan operasional jaringan.
Nah, ada perbedaan antara yang terjadi pada Telkom dengan XL dan Indosat. XL dan Indosat menjual putus menaranya, sehingga XL dan Indosat masih harus mengeluarkan biaya sewa menara.
Untuk kasus Telkom berbeda. Berhubung Telkom masih memiliki 13,7% saham TBI, artinya Telkom menerima pemasukan dari TBI. Nah, pemasukan dari TBI ini yang dikonversi menjadi biaya sewa menara. Jadi dengan menggunakan mekanisme swap, Telkom tetap memiliki Mitratel dan tidak perlu bayar sewa.
Jadi secara kacamata bisnis, tidak benar kalau dikatakan Telkom dirugikan dari Swap Mitratel. Karena faktanya, Telkom masih memiliki Mitratel. Telkom juga memiliki TBI. Dan Telkom juga tidak perlu bayar sewa menara, karena pemasukan dari TBI akan dijadikan biaya sewa menara.
Dari sisi Telkom, tentunya akan terjadi penghematan besar-besaran. Selain tidak perlu lagi membangun menara, Telkom juga tidak perlu bayar sewa menara.
Lalu ada yang bilang harga swap TBI terhadap Mitratel terlalu rendah, dilihat dari mana?
Mari kita hitung. Mitratel mengelola 4.000 menara. Nilai transaksi swap Telkom dan Mitratel US$ 904 juta. Artinya, harga 1 menara Mitratel dihargai TBI sebesar US$ 226.000. Dengan kurs Rp 13.000/US$, harga 1 menara Mitratel dibanderol Rp 2,9 miliar.
Bandingkan dengan harga pembelian 1 menara Indosat oleh TBI senilai Rp 2,1 miliar. Bandingkan juga dengan harga pembelian 1 menara XL oleh STP senilai Rp 1,7 miliar.
Jadi kalau ada yang bilang swap Mitratel merugikan negara, merugikan dari mana? Dibeli di harga premium kok. Saya bukan bela Telkom soal swap Mitratel, tapi faktanya secara hitung-hitungan bisnis memang tidak dirugikan. Justru Telkom memilih TBI karena hanya TBI yang menawarkan mekanisme swap. Dengan Swap, Telkom jauh lebih hemat dari segi anggaran dan Telkom tak hanya masih memiliki Mitratel, tapi juga memiliki sebagian aset TBI.
Beda hasilnya kalau Telkom menjual pada SMN (Djarum, Salim, Edward Soeryajaya) dan NI (JK dan Erwin Aksa) yang menawarkan jual beli putus. Dengan jual beli putus, Telkom kehilangan kepemilikan sepenuhnya atas Mitratel dan masih harus mengeluarkan biaya sewa menara.
Tapi memang sulit menempatkan Telkom sepenuhnya dalam kacamata bisnis. Selalu ada politisasi bila bicara Telkom. Seperti kita lihat, usai kegagalan SMN dan NI yang kalah dalam tender penjualan Mitratel, kekuatan politik bergerak.
Edward Soeryajaya melihat peluang ikut menghajar Edwin Soeryajaya. Edward ‘membantu’ SMN milik grup Djarum dan Salim melalui tangan Rini Soemarno, orang kepercayaan Edward. Agendanya jelas, membatalkan Swap Telkom dan TBI, setidaknya selama 1 tahun. Dengan bergabungnya Edward Soeryajaya dalam kongsi SMN, diharapkan waktu 1 tahun cukup untuk menjadikan SMN sebesar TBI.
Faktanya, TBI dan STP adalah Emas, sedangkan SMN dan NI masih berskala Perunggu. Agar bisa bersaing dengan TBI dan STP di industri menara, SMN dan NI harus menghambat laju pertumbuhan TBI dan STP. Salah satu caranya, membatalkan swap Mitratel antara Telkom dan TBI.
Edward Soeryajaya mengerahkan Rini Soemarno dengan kekuatan penuh. Rini Soemarno mengerahkan Maruarar Sirait (Ara) dari PDIP untuk menggerakkan Serikat Karyawan Telkom, menggoyang Telkom dari dalam. Maruarar Sirait juga mengerahkan Hendarwan Supratikno di Komisi VI DPR untuk menyuarakan pembatalan swap Mitratel. Dalam hearing di DPR soal Mitratel, Rini Soemarno dan DPR kompak menyatakan tolak Swap Mitratel. Pergerakan Edward Soeryajaya untuk merebut Mitratel bekerja.
Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN merombak jajaran petinggi Telkom sebanyak 2 kali dalam waktu 4 bulan terakhir. Perombakan pertama petinggi Telkom terjadi pada 19 Desember 2014. Jagoannya Rini yakni Hendri Saparini (ekonom PDIP) dan Dolfie Othniel Frederic (politisi PDIP) masuk Komisaris Telkom.
Maruarar Sirait juga telah melobi JK di istana negara untuk bergabung menggoyang Telkom. Dalam rapat tertutup itu, hadir juga Sofyan Wanandi.
1430384458771033884
Sumber: Pertemuan Tertutup Maruarar Sirait dan JK di Istana Negara (sumber : dokumen pribadi)
Hasil dari lobi Maruarar Sirait terhadap JK, adalah ikut sertanya JK dalam pertarungan Mitratel. Sebagai bukti kerjasama, Taruna Merah Putih (gerbong Ara) menggelar acara bareng PMI pada 29 Maret 2015, dihadiri langsung oleh JK.
JK lalu berhasil menempatkan 2 orangnya di jajaran komisaris Telkom pada perombakan kedua yang dilakukan Rini Soemarno pada 17 April 2015. Semua juga tahu kalau Rhinaldi Firmansyah (mantan Dirut Telkom) adalah orangnya JK. Kini, Rhinaldi Firmansyah, pentolan dunia Telekomunikasi didaulat menjadi Komisaris Telkom. Masuk juga, Pamela Johana, Corporate PR Metro TV sekaligus Dewan Pakar Partai Nasdem dalam jajaran komisaris Telkom.
Partai Nasdem adalah partai yang mengusung JK dalam bursa Pilpres 2014. Jangan lupa, Djarum dan Surya Paloh juga baru saja mengadakan kerjasama bisnis strategis. Jangan lupa juga, Edward Soeryajaya adalah salah satu penyokong dana Jokowi – Ahok di Pilkada DKI 2012. Lalu Edward Soeryajaya juga penyokong dana Jokowi – JK di Pilpres 2014. Edward Soeryajaya tentu tahu balas budi atas dukungan JK padanya, ketika kisruh Astra dan Bank Summa di masa silam.
Jadi secara peta, Edward Soeryajaya telah menguasai : Kementerian BUMN, Komisi VI DPR RI dan Komisaris Telkom. Sementara JK juga berpartisipasi menempatkan 2 orangnya di : Komisaris Telkom.
Apa yang dimiliki Edwin Soeryajaya dan TBI?
Sandiaga Uno bergabung ke Gerindra. Semua juga tahu kalau Sandiaga Uno hanyalah proxy Edwin Soeryajaya. Mungkin Edwin berharap, Sandiaga Uno masuk Gerindra akan menciptakan kompetisi di Komisi VI DPR RI. Pada masa Pilpres 2014, Edwin Soeryajaya memang bertaruh untuk Koalisi Merah Putih, berseberangan dengan Edward Soeryajaya yang bertaruh pada Jokowi – JK.
Jadi kalau melihat peta kekuatan di atas, jelas Edward Soeryajaya lebih unggul, sedangkan Edwin Soeryajaya kalah posisi.
Kongsi Edward Soeryajaya bersama JK, Djarum dan Salim menguasai Kementerian BUMN, Komisi VI DPR, Komisaris Telkom dan Serikat Karyawan Telkom. Edwin Soeryajaya hanya berhasil menempatkan Sandiaga Uno di Gerindra dan tidak mengendalikan Komisi VI DPR.
Jika dahulu, Edwin Soeryajaya unggul melawan Edward Soeryajaya di kisruh Astra, akankah kali ini situasi berbalik? Yang jelas, saat ini terlihat jelas adanya konspirasi menggagalkan Swap Mitratel antara Telkom dan TBIG oleh kongsi Edward Soeryajaya.
Mari kita simak kelanjutan kisahnya.

Translate

Popular Posts

Powered By Blogger